Friday, February 25, 2011

Penjelasan An nur Ayat.26 Menurut Para Ulama

Penjelasan An Nur 26 menurut
para ulama
jika dilihat dari konteks ayat ini,
ada dua penafsiran para ulama
terhadap ayat ini yaitu tentang
arti kata “wanita yang baik” dan
juga “ucapan yang
baik”Sehingga dapat juga
diartikan sebagai begini
Perkara-perkara (ucapan)yang
kotor adalah dari orang-orang
yang kotor, dan orang-orang
yang kotor adalah untuk
perkara-perkara yang kotor.
Sedang perkara (ucapan)yang
baik adalah dari orang baik-baik,
dan orang baik-baik
menimbulkan perkara yang baik
pula. Mereka (yang dituduh) itu
bersih dari apa yang dituduhkan
oleh mereka (yang menuduh itu).
Bagi mereka ampunan dan rizki
yang mulia (surga). ”
Kata khabiitsat biasa dipakai
untuk makna ucapan yang kotor
(keji) ,juga kata thayyibaat dalam
Quran diartikan sebagai kalimat
yang baik.Begitupun pada ayat
ini berlaku bahwa kata khabiitsat
dan thayyibaat
Hakam ibnu Utaibah yang
menceritakan, bahwa ketika
orang-orang mempergunjingkan
perihal Siti Aisyah r.a. Rasulullan
saw. menyuruh seseorang
mendatangi Siti Aisyah r.a.
Utusan itu mengatakan, “Hai
Aisyah! Apakah yang sedang
dibicarakan oleh orang-orang
itu ?” Siti Aisyah r.a. menjawab,
“Aku tidak akan mengemukakan
suatu alasan pun hingga turun
alasanku dari langit ”. Maka Allah
menurunkan firman-Nya
sebanyak lima belas ayat di
dalam surah An Nur mengenai
diri Siti Aisyah r.a. Selanjutnya
Hakam ibnu Utaiban
membacakannya hingga sampai
dengan firman-Nya, “Ucapan-
ucapan yang keji adalah dari
orang-orang yang keji.. ” (Q.S. An
Nur,26). Hadis ini berpredikat
Mursal dan sanadnya sahih.
Ayat 26 inilah penutup dari ayat
wahyu membersihkan isteri Nabi,
Aisyah dari tuduhan keji itu. Di
dalam ayat ini diberikan
pedoman hidup bagi setiap
orang yang beriman. Tuduhan
keji adalah perbuatan yang amat
keji hanya akan timbul daripada
orang yang keji pula.Memang
orang-¬orang yang kotorlah
yang menimbulkan perbuatan
kotor. Adapun ucapan-ucapan
yang baik adalah keluar dari
orang-orang yang baik pula, dan
memang¬lah orang baik yang
sanggup menciptakan perkara
baik. Orang kotor tidak
menghasilkan yang bersih, dan
orang baik tidaklah akan
menghasilkan yang kotor,dan ini
berlaku secara umum
Di akhir ayat 26 Tuhan menutup
perkara tuduhan ini dengan
ucapan bersih dari yang
dituduhkan yaitu bahwa sekalian
orang yang difitnah itu adalah
bersih belaka dari segala
tuduhan, mereka tidak bersalah
samasekali. Maka makna ayat
diatas juga sangat tepat bahwa
orang yang baik tidak akan
menyebarkan fitnah,fitnah hanya
keluar dari orang –orang yang
berhati dengki,kotor, tidak
bersih.Orang yang baik,dia akan
tetap bersih,karena kebersihan
hatinya

Qur'an Surat An nur Ayat.26

ﺍَﻟْﺨـَﺒِﻴـْﺜــﺎَﺕُ ﻟِﻠْﺨَﺒِﻴْﺜـِﻴْﻦَ
ﻭَ ﺍْﻟﺨَﺒِﻴْﺜُــﻮْﻥَ ﻟِﻠْﺨَﺒِﻴْﺜﺎَﺕِ
ﻭَ ﺍﻟﻄَّﻴِّﺒَﺎﺕُ ﻟِﻠﻄَّﻴِّﺒِﻴْﻦَ ﻭَ
ﺍﻟﻄَّﻴِّﺒُﻮْﻥَ ﻟِﻠﻄَّﻴِّﺒَﺎﺕِ .
“ Wanita-wanita yang tidak baik
untuk laki-laki yang tidak baik,
dan laki-laki yang tidak baik
adalah untuk wanita yang tidak
baik pula. Wanita yang .baik
untuk lelaki yang baik dan lelaki
yang baik untuk wanita yang
baik. (Qs. An Nur:26)
Beberapa waktu yang lalu saya
mendapatkan SMS tausiyah yang
berisi ayat diatas yaitu surat An-
nur ayat 26.Lalu ada seorang
teman yang menanyakan, apakah
benar isi ayat ini? Apakah mesti
“otomatis” wanita yang tidak
baik untuk laki-laki yang tidak
baik juga?Bagaimana Seandainya
dalam kehidupan nyata ada
seorang pria yang baik dan dia
mendapatkan wanita yang tidak
baik?Apakah ayat Al Quran diatas
salah?
Pertanyaan seperti itu
sebenarnya menjadi pertanyaan
saya juga dari dulu dan saya
mencoba memahami apa yang
saya pahami dari ayat tersebut.
Al Quran sebagai Petunjuk
Umat Islam diseluruh dunia
meyakini bahwa Quran itu
firman Allah.Artinya apa yang
dikatakan Allah dalam Quran
dipastikan benar.Tuhan memberi
tahu kepada kita bagaimana cara
kita mengenalnya dengan
diutusnya nabi.Sebab akal
manusia tidak akan sampai
untuk mengenal siapa
Tuhannya,oleh karena itu Tuhan
memberi petunjuk.Petunjuk jalan
yang lurus agar dapat
mengenalnya.Dalam memahami
petunjuknya berupa
firmanNya,terdapat keterbatasan
diri kita,sehingga firman Tuhan
yang sudah pasti benar,bisa saja
menjadi salah dengan
pemahaman kita.
Karena apa yang dimaksud baik-
salah itu adalah menurut Tuhan.
Standar baik-buruk itu tentu saja
sudah ditentukan oleh
Tuhan.Bahkan kata baik-buruk
itu ada karena adanya agama.
Artinya apa?
Jika kita menilai sesuatu itu baik-
buruk tentu saja berdasarkan
kepada ajaran agama.Karena
tidak logis jika kita menilai
sesuatu itu baik/buruk hanya
berdasarkan pemikiran
sendiri,karena premis baik atau
tidak baik itu muncul dari adanya
Tuhan.Tuhan yang menentukan
standar ini baik dan ini
buruk.Sangat tidak rasional jika
hanya menentukan baik/buruk
hanya menurut kita karena
premis yang digunakan kita
ketahui dari Tuhan,sehingga
dalam memahami ayat yang
diturunkan Tuhan (Kauliah) atau
ketetapan yang terjadi di bumi
secara logis dapat kita katakan
bahwa Allahlah yang mengetahui
sesuatu itu baik atau tidak.
AnNur ayat 26
”Wanita-wanita yang keji adalah
untuk laki-laki yang keji dan laki-
laki yang keji adalah untuk
wanita-wanita yang keji (pula),
dan wanita-wanita yang baik
adalah untuk laki-laki yang baik
dan laki-laki yang baik adalah
untuk wanita-wanita yang baik
(pula). Mereka (yang dituduh) itu
bersih dari apa yang dituduhkan
oleh mereka (yang menuduh itu).
Bagi mereka ampunan dan rizki
yang mulia (surga). ”
Berangkat dari pemahaman
diatas,tentu saja kita bertanya-
tanya apakah yang dimaksud
baik disini?Atau keji? Apakah kita
dapat menentukan sesuatu itu
baik atau tidak baik?Kalau kita
cermati ayat diatas merupakan
satu paket ayat yang
bersambung ,tidak hanya putus
pada kalimat “untuk wanita yang
baik”tetapi masih berlanjut
dengan bahasan tuduhan , juga
ampunan.Artinya ayat ini
sebenarnya diturunkan dalam
konteks tertentu.Coba kita lihat
konteks ayat ini turun
Ayat ini diturunkan untuk
menunjukkan kesucian ‘Aisyah
r.a. dan Shafwan bin al-Mu’attal
r.a. dari segala tuduhan yang
ditujukan kepada mereka.
Pernah suatu ketika dalam suatu
perjalanan kembali dari ekspedisi
penaklukan Bani Musthaliq,
‘ Aisyah terpisah tanpa sengaja
dari rombongan karena mencari
kalungnya yang hilang dan
kemudian diantarkan pulang
oleh Shafwan yang juga
tertinggal dari rombongan
karena ada suatu keperluan.
Kemudian ‘Aisyah naik ke
untanya dan dikawal oleh
Shafwan menyusul rombongan
Rasullullah SAW. dan para
shahabat, akan tetapi
rombongan tidak tersusul dan
akhirnya mereka sampai di
Madinah. Peristiwa ini akhirnya
menjadi fitnah dikalangan umat
muslim kala itu karena terhasut
oleh isu dari golongan Yahudi
dan munafik jika telah terjadi
apa-apa antara ‘Aisyah dan
Shafwan.
Masalah menjadi sangat pelik
karena sempat terjadi
perpecahan diantara kaum
muslimin yang pro dan kontra
atas isu tersebut. Sikap Nabi juga
berubah terhadap ‘Aisyah, beliau
menyuruh ‘Aisyah untuk segera
bertaubat. Sementara ‘Aisyah
tidak mau bertaubat karena tidak
pernah melakukan dosa yang
dituduhkan kepadanya, ia hanya
menangis dan berdoa kepada
Allah agar menunjukkan yang
sebenarnya terjadi. Kemudian
Allah menurunkan ayat ini yang
juga satu paket annur 11-26.

Thursday, February 24, 2011

Prasasti - Winda

Oo.. Winda kau sungguh
mempesona
Senyummu sederhana tak dapat ku lupa

Hidup serasa bagaikan di Surga
Bila ku berada dekat di
sampingnya

Karena senyumanmu
Karena kemanjaanmu
Kujatuh cinta kepadamu
Hasrat ini ingin melihat
senyumnya

Hasrat ini ingin memeluk dirinya
Hasrat ini ingin memilikinya
Mungkinkah ku
mendapatkannya.

Cinta ini bukanlah cinta biasa
Cinta ini cinta yang ku damba
Takkan pernah ku lepaskan
dirimu

Hingga ajal menjemputku . .
Cintailah aku sepenuh hatimu
Seperti aku mencintai dirimu
Kan ku tunggu
Hingga engkau mau
Tuk menjadi kekasihku.

Lambang kebahagiaan

bila saja bisa, kucipta huruf dan
kata rahasia
akan khusus kukadokan bagi
engkau berdua saja
dalam kasih yang tak pernah
berpura sempurna
ada yang tetap tak terbaca,
tinggal tak terkata
dari alif ba ta cinta: beribu diam,
beribu suara
tak terlambangkan dalam huruf
rumit atau sederhana
yang diingat Adam, pun hanya
satu-satunya kata
"Hawa," Tuhan menyebut nama
itu di surga sana
Adam menggubah puisi pertama,
waktu rindu menyiksa
ditulisnya sebisanya di mata,
dalam kekal air mata
Hawa menerjemahkan bahasa
tangis Adam-nya
dengan arus tangis, mengalir ke
satu muara
ada yang tetap diam rahasia tak
terbaca
pada pintu engkau saling
menukar kuncinya
lalu lihatlah, pintu itu kini satu
adanya
tanpa diketuk, terbuka, alangkah
lapangnya